MAKALAH
Pemberian
Imunisasi Anjuran
Di
susun oleh kelompok 2
1. Fransiska
Dua Tita ( 142100358)
2. Eka
Wulan Lestyorini (142100356)
3. Servina
Ola Ina (142100382)
4. Maretsia Telun (142100367)
5. Helda
Fauziah
Program studi D3 Kebidanan (Semester III)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YOGYAKARTA 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “pemberian Imunisasi Ajuran” ini dengan
baik. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Neonatus.
Kami menyadari bahwa selama
penulisan makalah ini, banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Yudha Yulia, S.SiT.,M.Kes.,
selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penulis selama menyusun makalah
ini; 2. rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi kami untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini; 3. Semua pihak yang tidak bisa kami sebut satu per
satu. Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda. Makalah ini
bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta,23
September 2015
ii
Daftar
Isi
Halaman
Judul i
Kata
Pengantar ii
Daftar
Isi iii
BAB
I Pendahuluan 1
1.1 Latar
Belakang 1
1.2 Rumusan
Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB
II Pembahasan 3
2.1
Pengertian imunisasi 3
2.2.
Tujuan imunisasi anjuran 5
2.3
Jenis – jenis Imunisasi 5
2.4 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi 6
2.5
Pelayanan imunisasi 7
2.6.
Kontra indikasi pemberian imunis 8
2.
7. Macam-macam imunisasi anjuran 9
BAB
III Penutup
3.1
Kesimpulan 19
3.2
saran 19
Daftar
Pustaka 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau
racun (toksin) di sebut sebagai anti gen. Secara khusus snti gen tersebut
merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila anti gen untuk
pertama kali masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila anti genn itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh
disebut anti body. Zat anti terhadap racun kuman disebut anti oksidan. Berhasil
tidaknya tubuh memusnahkan anti gen atau kuman itu bergantung pada jumlah zat
anti yang di bentuk.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama
tubuh anak untuk membentuk anti bodi / anti toksin terhadap anti gen, tidaklah
terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi
pada reaksi yang ke 2, ke 3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat
anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi anti gen – anti body, tubuh anak
dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan anti gen / kuman : berarti
bahwa anak telah menjadi kebal ( imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting
ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang
ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antibody ini tubuh anak
memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman,
virus, racun, bahkan kimia) yang akan merusak tubuh.Dengan demikian anak dapat
terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun,jumlah
zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunisasi pun menurun. Agar tubuh
tetap kebal di perlukan perangsangan kembali oleh antigen,artinya anak tersebut
harus mendapatkan suntikan/imunisasi ulangan.
1
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari imunisasi
2. Apa tujuan imunisasi anjuran
3. Apa saja jenis imunisasi
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi
keberhasilan imunisasi
5. bagaimana pelayanan imunisasi di
berikan
6. Apa saja kontra indikasi dari
pemberian imunisasi
7. Apa saja macam dari imunisasi anjuran
3.
Tujuan
1. untuk mengetahui definisi imunisasi
2. untuk mengetahui tujuan imunisasi
3. untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi keberhasilan imunisasi
4. untuk mengetahui jenis-jenis vaksin
5. untuk mengetahui macam-macam
imunisasi anjuran
2
BAB
II
PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti resisten atau kebal. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010). Imunisasi adalah memberikan
vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan
melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin
yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. "Antibodi
itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh," ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh.
Imunisasi
merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merasngsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sabagai suatu pengalaman. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan
vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen
bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena
itu imunisasi efektif mencegah penyakit infeksius. (Proverawati A dan Andhini
CSD, 2010)
Sistem
imunisasi dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. Sistem imunitas ini
bersifat alami dan artificial. Imunisasi bersifat spesifik dan non spesifik.
Saat antigen menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri dari 3
sel
komplemen dan makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut.
Setelah itu baru imunitas spesifik yang menyempurnakan perlawanan dari imunitas
kata. Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler.
Sistem
pertahanan humoral menghasilkan imonoglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG, IgE),
sedangkan sistem pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel
limfosit T (sel Th1, Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik
menghasilkan suatu sistem memori. Pada masa anak-anak imunitas seluler akan
berkembang spesifik setelah 2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus
menunggu sampai 6-9 tahun. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010). Imunitas
antifecial, bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila sesuatu
zat diinduksikan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang sistem imun
mengeluarkan antibodi , sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja secara pasif
jika menyuntikan serum yang berisi antibodi kedalam tubuh, sebagai contoh serum
bisa ular.
Imunisasi
dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak – anak, pada anak–anak karena
sisem imun belum sempurna. Sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penurunan
sistem imun nonspesific seperti produksi air mata menurun, mekanisme batuk
tidak efektif, gangguan pengaturan susu, dan perubahan fungsi sel sistem imun,
baik seluler maupun humoral. Dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap
infeksi, penyakit autoimun dan keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukkan
respon yang baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat
meningkatkan antibodi dengan efektif. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
4
2.2. Tujuan imunisasi
anjuran
Kebanyakan
imunisasi bertujuan untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak.
Tujuan
imunisasi anjuran sama dengan tujuan imunisasi pada umumnya yaitu untuk
melindungi dan mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui
imunisasi, yang diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri,
pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, dan campak.
Sedangkan imunisasi yang di anjurkan seperti penyakit radang hati (hepatitis),
penyakit gondongn (mums), penyakit campak jerman (rubella), penyakit tifes
paratifes, penyakit kolera (Aminah MS, 2009).
2.3 Jenis – jenis
Imunisasi
Menurut
Proverawati A dan Andhini CSD (2010) imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. .Imunisasi
aktif
Merupakan
pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya
sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya.
Contoh
imunisasi aktif adalah iminisasi polio atau campak.
b. Imunisasi
pasif
Merupakan suatu proses peningkatan
kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses
5
infeksi
yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari
ibu melalui plasenta ) atau
binantang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi.
Contoh
Imunisasi pasif adalah penyuntikkan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah terdapat pada bayi yang baru
lahir diman bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2.4.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
Ada
3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi :
1.
status imun anak,
Yang
terkait dengan status imun anak : adanya antibodi yang diperoleh oleh ibu,
adanya IgA pada kolustrum ASI yang mempengaruhi keefektifan vaksin polio,
kematangan sistim imun neonatus (bayi usia kurang 30 hari), anak dengan
penyakit keganasan, penyakit defisiensi imun atau anak yang mendapat obat
imunosupresan (obat penekan sistem kekebalan tubuh). Pada keaadaan terakhir,
semuanya mengakibatkan tubuh tidak mampu membentuk antibodi yang dikehendaki,
malah pemberian vaksin bisa memperberat penyakitnya.
2.
faktor genetik anak
Yang
terkait dengan faktor genetik adalah kenyataan adanya respon seseorang yang
baik, cukup atau rendah terhadap imunisasi yang diberikan.
3. kualitas
maupun kuantitas vaksin. .
Kualitas
dan kuantitas vaksin terkait dengan cara pemberian vaksin, dosis, frekuensi,
ajuvan (bahan tambahan) vaksin dan jenis vaksin itu sendiri (vaksin hidup
umumnya lebih baik)
6
2. 5. Pelayanan
imunisasi
Kegiatan
pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan khusus.
Kegiatan tersebut adalah:
1.Kegiatan
imunisasi rutin
Kegiatan
imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
harus dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini terdiri
atas; Imunisasi dasar pada bayi. Imunisasi ini dilakukan pada bayi umur 0-11
bulan, meliputi: BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak. Idealnya bayi harus
mendapat imunisasi dasar yang lengkap, terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Polio 4 kali, Hepatitis 3 kali dan Campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan
status imunisasi dasar bayi, dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak,
karena pemberian imunisasi campak dilakukan paling akhir, setelah keempat
imunisasi dasar pada bayi yang lain telah dilakukan.Imunisasi pada wanita usia
subur (WUS)Imunisasi pada anak sekolah dasar
2.Imunisasi
tambahan
Merupakan
kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil
pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini tidak rutin dilakukan, karena hanya
ditujukan untuk penanggulangan penyakit tertentu.
Berikut
beberapa kegiatan imunisasi tambahan:
a. Backlog
fighting
Merupakan
upaya aktif dalam melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun.
Sasaran utama dari backlog fihgting adalah desa atau kelurahan yang belum
mencapai desa UCI selama dua tahun berturut-turut. Universal child imunization
(UCI) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan),
ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi lengkap
pada bayi meliputi: 1 dosis BC, 3 dosis DPT, 4
7
dosis
Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia
subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis
DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT (hristopher, yayan A. 2009).
b. Crash
program
Kegiatan
ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk
mencegah terjadinya KLB (kejadian luar biasa). Pemilihan lokasi crash program
didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu: Angka kematian bayi tinggi dan angka
PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) tinggi, infrastruktur
(tenaga, sarana, dana kurang) dan desa selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai target UCI (Universal Child Imunization).
3.Imunisasi
dalam penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
4.Kegiatan
imunisasi khusus, seperti:
Pekan
imunisasi nasional (PIN)Sub pekan imunisasi nasionalCactch-up campaign campak
Walaupun
imunisasi merupakan suatu hal yang lazim dilakukan, tetapi perlu kehati-hatian
dalam melakukannya.
2.6. Kontra indikasi
pemberian imunisasi
Kontra
indikasi dalam pemberian ada 3, yaitu:
1. Analvilaksis
atau reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat
merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya.
2. Riwayat
kejang demam dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT
atau HB1 dan campak.
3. Jangan
berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda
dan
gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan
8
Penanganan
bagi bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan imunisasi: Pada
bayi yang mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan. Kecuali
jika alergi pada komponen khusus dari vaksin yang diberikan.Sakit ringan
seperti infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C. Pemberian
imunisasi juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti penyakit
jantung kronis, paru-paru, ginjal atau liver.Pada penderita down’s syndrome
atau pada anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti kelumpuhan otak yang
disebabkan karena luka, imunisasi boleh saja diberikan.Bayi yang lahir sebelum
waktunya (prematur) atau berat bayi saat lahir rendah.Sebelum atau pasca
operasi.Kurang gizi.Riwayat sakit kuning pada kelahiran.
2. 7. Macam-macam imunisasi anjuran
Imunisasi
anjuran merupakan imunisasi non program seperti MMR (Mumps Measles Rubella),
Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), menginitis, influenza, IPD (Invasive
Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro, 2007).
1.
Imunisasi HIB
a.
Fungsi
Imunisasi
HIB, tergolong imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi diberikan agar tubuh
mempunyai kekebalan terhadap bakteri Haemophilus Influenza Type B. Bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit yang tergolong berat, seperti meningitis (radang
selaput otak). Pada menginitis bakteri tersebut menginfeksi selaput pelindung
otak dan saraf otak, menyebabkan radang pada tempat-tempat tersebut. Bila
bakteri ini menginfeksi paru-paru menyebabkan radang paru-paru (pnemonia).
Bakteri Haemophilus Influenza Type B dapat menyebabkan septisemia (keracunan
darah dan merupakan infeksi yang lebih tersebar luas keseluruh tubuh).
9
Penyakit
HIB adalah penyebab paling umum infeksi mematikan pada anak berusia di bawah 5
tahun sebelum ditemukannya vaksinasi HIB rutin pada tahun 1993. Kasus infeksi
HIB sebelum tersedianya vaksin paling sering terjadi pada anak berusia di bawah
5 tahun dan jarang terjadi setelah usia 5 tahun. Meskipun kemiripan namanya,
penyakit ini tidak ada hubungannya dengan influenza.
Haemophilus
Influenzae adalah bakteri yang biasa hidup dijalur pernafasan bagian atas.
Penyakit HIB dapat menyebabkan:Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi
otak.Epiglotitis, bengkaknya tenggorokan yang dapat menghambat
pernafasan.Septic arthritis, infeksi pada sendiCellulitis, infeksi pada
jaringan dibawah kulit biasanya dimuka.Radang paru-paru
b.Penularan
Penyakit HIB menular melalui bersin atau
batuk dari penderita secara langsung. Penularan juga dapat disebabkan, karena
penggunaan barang-barang yang terkontaminasi oleh bakteri Haemophilus Influenza
Type B dan secara tidak sengaja menjangkit tubuh kita melalui mulut. Anak-anak
mempunyai resiko lebih tinggi. Anak-anak yang minum ASI masih bisa terlindungi,
akan tetapi lebih baik jika diberikan imunisasi.
c.
cara pemberian dan dosis
Imunisasi HIB diberikan pada bayi
berumur 2,3 dan 5 bulan. Imunisasi ini diberikan 3 kali. Yang pertama ketika
berumur 2 bulan, yang kedua 3 bulan dan yang ke tiga berumur 5 bulan. Imunisasi
Hib diberikan secara suntikan dibagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam
satu suntikan bersama DPT. Juga boleh diberikan bersama imunisasi hepatitis B.
d.Efek samping
Setelah
pemberian imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku ditempat
suntikan. Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bisa terjadi. Efek
samping ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan penyakit Hepatitis B. 10
2.
Imunisasi Meningitis
a.Fungsi
Menginitis
merupakan penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri
Nesseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan diseluruh
dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif
CFR menjadi 5-15%. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan
kemoprofilaksis untuk orang-orang yang kontak dengan menginitis dan
karier.Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan selaput
sumsum tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular. Penyakit ini
disebabkan oleh kuman Nesseria meningitidis, gejala klinis penyakit ini adalah
demam (panas tinggi) mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, kaku kuduk,
ketahanan fisik melemah, dan kemerahan dikulit. Pada keadaan lanjut, kesadaran
menurun sampai koma serta terjadi perdarahan echimosis. Berkumpulnya populasi
dalam jumlah besar dari berbagai negara, seperti pada musim haji, berpotensi
terhadap penyebaran kuman dan penyakit meningitis.
b.Manfaat
Mencegah
infeksi meningitis atau radang selaput otak, yang disebabkan bakteri.
c.Pemberian
Pada
ibu hamil, sebaiknya imunisasi meningitis diberikan setelah trimester pertama.
Pemberian imunisasi ini juga boleh diberikan bagi ibu hamil yang akan
berpergian ke daerah yang epidemik dan endemik meningitis seperti afrika. Jadi,
ibu hamil yang akan pergi haji boleh mendapatkan imunisasi ini dari pada
terkena meningitis. Jemaah haji dan umroh maupun yang akan berpergian ke arab
saudi juga mendapatkan imunisasi sejenis meningitis tersebut.
11
3.
Imunisasi Pneumokokus
a.
Fungsi
Imunisasi
pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit radang
paru, yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan
bakteri streptokokus pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus. Infeksi
pneumokokus merupakan infeksi bakteri yang menyerang berbagai bagian tubuh.
Misalnya:Bakteri pneumokokus masuk kealiran darah, dikenal sebagai
bakteremiaBagian otak tertentu yang terserang, dikenal sebagai
meningitisBakteri pneumokokus menyerang paru-paru, dikenal sebagai
pneumoniaTelinga tengah terinfeksi, dikenal sebagai otitis media
b.
Penularan
Pneumokokus
sangat mudah menular. Bakteri pneumokokus biasanya terdapat di dalam hidung dan
tenggorokan. Oleh karena itu, orang berisiko tertular jika ada kontak langsung
dengan penderita. Bakteri ini menular melalui tetesan lendir atau ludah,
seperti bersin, batuk.
c.
Pemberian imunisasi
Imunisasi
diberikan pada usia 2, 4, 6, 12 bulan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah
merekomendasikan pencantuman prioritas vaksin konjugat radang paru 7-valent
(PCV7) dalam program imunisasi pada masa kanak-kanak nasional di seluruh dunia
sejak tahun 2007. Meskipun PCV7 tidak termasuk dalam program imunisasi pada
masa kanak-kanak, vaksin ini sangat mudah diperoleh dari dokter. Vaksin yang
dikenal sebagai prevenar, telah terbukti hampir 100% efektif terhadap penyakit
pneumokokus. Vaksin ini berisi gula dari tujuh jenis bakteri pneumokokus yang
berlainan, yang disambung secara individual dengan protein toksoid difteri yang
tidak aktif. Vaksin ini juga berisi konsentrasi kecil bahan tambahan yaitu
aluminium fosfat, garam dan air.
12
d.
Efek samping
Sedikit
bengkak, merah dan sakit ditempat suntikan.Demam rendahReaksi yang kurang biasa
mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diareReaksi parah jarang terjadi
e.
Penanganan efek samping
Jika
reaksi yang ditimbulkan setelah imunisasi ringan, maka dapat dilakukan beberapa
penanganan, seperti:Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan yang
sakit.Anak jangan berpakaian terlalu hangat.Memberi parasetamol untuk
mengurangi demam (perhatian dosis yang dianjurkan menurut usia anak).Memberi
anak lebih banyak minuman. (Proferawati A dan Andhini CSD, 2010)
4.
Imunisasi MMR
Memberikan
kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles
(campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi
MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil.
Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang
rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui,
rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin.Sayangnya, kini banyak orangtua
ragu mengimunisasikan anaknya lantaran tersebar berita bahwa imunisasi MMR
menyebabkan autisme pada anak. Padahal, sampai saat ini belum ada pembuktian
secara ilmiah mengenai keterkaitan antara MMR dan autisme. Jadi, mengapa harus
takut?
a.
Gondongan
Penyakit
infeksi akut akibat virus mumps ini sering menyerang anak-anak, terutama usia 2
tahun ke atas sampai kurang lebih 15 tahun. Ada beberapa lokasi yang diserang
seperti kelenjar ludah di bawah lidah, di bawah rahang, dan di bawah telinga
(parotitis). Masa inkubasi sekitar 14-24 hari setelah penularan yang terjadi
lewat droplet. Awalnya muncul demam (bisa sampai 39,50C), disertai 13
pusing,
mual, nyeri otot atau pegal terutama di daerah leher, lesu dan lemah. Sehari
kemudian tampak bengkak di bawah telinga sebelah kanan dan kemudian menjalar ke
sebelahnya.Karena gondongan bersifat self-limiting disease (sembuh sendiri
tanpa diobati), pengobatan dilakukan sesuai gejala simptomatik. Disamping
meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan makanan bergizi dan cukup
istirahat. Biasanya dokter juga akan memberi antibiotik untuk mencegah terjadi
infeksi kuman lain. Sebenarnya, jika daya tahan tubuh bagus, anak tak akan
tertular. Dan jika sudah sekali terkena, gondongan tak akan berulang.
b.
Campak
Sebenarnya,
bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya
usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan
lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan
mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang
disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur
hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
c.
Campak Jerman
Campak
Jerman atau rubella berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak Jerman jarang
terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. Kalaupun ada biasanya terjadi pada anak
yang lebih besar, sekitar usia 5-14 tahun. Hanya gejalanya yang hampir sama
seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Nafsu makan penderita juga biasanya
menurun karena terjadi pembengkakan limpa. Namun, bercak merah yang timbul tak
sampai parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari.
1).
Pemberian imunisasi MMR
Diberikan
2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat imunisasi
campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan diulangi
pada umur 6 tahun.
14
Catatan:
Bila
orangtua khawatir atau anak menunjukkan keterlambatan bicara dan perkembangan
lainnya, pemberian imunisasi MMR dapat ditunda hingga anak berusia 3 tahun.
Bila semua proses tumbuh kembangnya tak ada masalah alias normal, vaksin MMR
dapat diberikan kepada anak.
2).
Efek samping
Beberapa
hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul ruam atau
bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan. Namun tak perlu
khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja. Demamnya pun dapat
diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran
dokter.
5.
Imunisasi Tipoid
Ada
2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif)
dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias
penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan
makanan-minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang
tubuh, terutama saluran cerna.Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu
tubuh yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Biasanya
di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala
lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan
sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak
gerak). Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup
dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi
makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat,
harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus
diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari
terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.Namun pencegahan 15
tetaplah
yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara endemik penyakit tifus.
a.
Pemberian imunisasi
Vaksin
suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3
tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang,
ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya
makanan yang dikonsumsi anak.Sementara vaksin oral diberikan kepada anak umur 6
tahun atau lebih
b.
Efek samping
Kemerahan
di tempat suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi,
nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam
kulit, dan (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.
6.
Imunisasi Hepatitis A
Penyebaran
virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini
saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman,
atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia
akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak,
harus dilakukan tes darah.Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata
kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah,
kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut,
demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya
berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti
teh. Biasanya kuning ini menghilang. Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis
A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan
hanya untuk mengatasi gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus
banyak istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi.Meski tak separah hepatitis B,
bukan berarti kita boleh menganggap remeh hepatitis A.
16
Pasalnya,
penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa menjadi berat bila terjadi
komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni dengan pemberian imunisasi
hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat,
termasuk kebersihan makanan dan minuman.
a.
Pemberian imunisasi
Dapat
diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian
6-12 bulan.
b.
Efek samping
Umumnya,
tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit
pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan
menghilang dalam waktu 2 hari.
c.
Tingkat kekebalan
Efektif
mencekal hingga 90%.
7.
Imunisasi Varicella
Memberikan
kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang disebabkan virus
varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang ditandai dengan
vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir. Penularannya
sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar saat
penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan
adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan
cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak
menular lagi.
Awalnya,
anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah kemudian
muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke
dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga
agar tak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal.
17
Sebaiknya
penderita dipisahkan dari anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan.
Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa
gatalnya dengan bedak yang mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya
dengan asupan makanan bergizi.
a.
Pemberian imunisasi
Diberikan
sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-12 tahun.
b.
Efek samping
Umumnya
tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.
c.
Tingkat kekebalan
Efektivitasnya
bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang diimunisasi varisela,
hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun tergolong ringan.
(Khasanah N, 2008)
18
BAB
III
Kesimpulan
Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti resisten atau kebal. (Proverawati A dan
Andhini CSD, 2010). Imunisasi
adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya
bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui
injeksi. Imunisasi ini dilakukan pada bayi umur 0-11 bulan, meliputi:
BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi
dasar yang lengkap, terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali,
Hepatitis 3 kali dan Campak 1 kali
Kritik Dan Saran
Makalah
ini belumlah sempurna maka krtik dan saran yang membangun kami harapkan dari
rekan-rekan untuk sempurnanya makalah ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aminah mia s, 2009.
Baby’s corner. Jakarta : luxim
Arikunto, 2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka CiptaChistopher,
Yayan A dan Israr,
2009. Universal Chile Immunization.
ttp://yayanakhyar.files.wordpress.cm/2009/02/ tanggal 14 April : 2010
Harsono, Salimo,
2009.Peran Imunisasi untuk Menunjang Tumbuh Kembang Balita Anak Indonesia
Berkualitas.http://pustaka.uns.ac.id. Akses 08 April 2010
Proverawati Atikah, dkk,
2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Jogyakarta : Nuha offset
Ranuh, 2005. Anak
Balita from http://www.bukukita.cm. Akses 13 April 2010
Rekmendasi IDADI.
Periode 2006
Hadinoegoro S.R.SpA(K),
2008.
Imunisasi itu Penting
from http://www.balita.com. Akses 14 April 2010Mubarak
husnul, 2008. Varicella
from http://centrione.blogspot.com. Akses 25 Juni 2010
Kusumawati SW , 2000.
Waspadai Demam Tifoid from
http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com. Akses 27 Juni 2010
Sammy,2008.Masyarakat
diminta mewaspadai virus Hepatitis A from http://jarumsuntik.com. Akses 27 Jini
2010
Sostroasmoro, 2007.
Pedoman imunisasi from http://www.parenting.co.id. Akses 11 April 2010
20
0 komentar: